Selasa, 09 Juli 2013

PERBEDAAN DESA DAN KOTA





( Makalah Sosiologi Pertanian )


Kelompok
           1.      Dwi Kurnia Besari                              (1114121071)
2.      Eka Rentina Simarmata                      (1114121077)
3.      Fransiska Dina Marlinawati                (1114121089)
4.      Freddy Gurning                                  (1114121091)
5.      Fredi Widiatmoko                              (0814061065)


images





JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012






BAB I
 PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Setiap masyarakat memiliki karakter dan budayanya masing-masing. Kebudayaan dalam suatu masyarakat terbentuk dari interaksi antar anggota masyarakat itu sendiri dan terus berkembang menjadi kebiasaan yang dilakukan turun temurun.
Menurut Koentjaraningrat, kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat tempat ia tinggal. Kepribadian suatu individu dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-normadalam sistem budaya dan juga sistem sosial yang telah diserap ke dalam dirinya melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup sejak masa kecilnya. Tentu kita bisa menilai berbagai perbedaan cara hidup antarmasyarakat yang kemudian berpengaruh pada kepribadian dan cara pandang anggota masyarakat itu, salah satunya ialah perbedaan masyarakat kota dan desa.
Kota dan desa merupakan wilayah yang memiliki banyak perbedaan. Meskipun berbeda, antara desa dan kota ternyata dapat terbentuk suatu hubungan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas perbedaan kota dan desa, serta hubungan kota dan desa ditinjau dari beberapa segi



1.1  RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1.      Apakah yang dimaksud dengan desa dan kota?
2.      Apa sajakah yang dapat membedakan kota dengan desa?
3.      Bagaimana hubungan masyarakat kota dan desa?

1.2  TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui pengertian dari desa dan kota .
2.      Mengatahui perbedaan desa dan kota.
3.      Mengerti hubungan kota dan desa.

















BAB II
 ISI

2.1  Pengertian Desa dan Kota.
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartohadi Kusuma mengemukakan bahwa: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun yang menjadi cirri-ciri masyarakat pedesaan antara lain :
a.       Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila di bandingkan dengan masyarakat pedesaan lainya di luar batas-batas wilayahnya.
b.      Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
c.       Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
d.      Masyarakat tersebut homogen seperti dalam hal mata pencarian , agama, adat istiadat, dsb.

Kota menurut definisi universal adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukuranya,kepadatan penduduk,kepentingan atau status hukum.

Beberapa definisi (secara etimologis) “kota”dalam bahasa lain yang agak tepat dengan pengertian ini,seperti dalam bahasa Cina,kota artinya dinding dan dalam bahasa Belanda kuno,tuiin,bisa berarti pagar.Jadi dengan demikian kota adalah batas.Selanjutnya masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community, Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupanya serta ciri-ciri kehidupanya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Ada beberapa ciri yamg menonjol  pada masyarakat kota.yaitu:
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus       bergantung padaorang lain.
c.  Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d.  Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.
e. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan,menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.
f.       Perubahan-perubahan social tampak dengan nyata di kota-kota,sebab masyarakat kota biasanya lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru.
g.      Jalan kehidupan cepat, faktor waktu sangat penting.

2.2  Perbedaan Desa dan Kota
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Antara lain sebagai berikut:
1.       Kota memiliki penduduk yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan desa.
2.      Lingkungan hidup di pedesaan sangat jauh berbeda dengan diperkotaan.Lingkungan pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas,udaranya bersih,sinar matahari cukup dan lain sebagainya.Sedangkan dilingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton dan aspal,bangunan-bangunan menjulang tinggi dan pemukiman yang padat.
3.      Kegiatan utama penduduk desa berada di sector ekonomi primer yaitu bidang agraris(pertanian).
4.      Corak kehidupan social di desa dapat dikatakan masih homogin(satu jenis),sebaliknya di kota sangat heterogin(beraneka ragam) karena disana saling bertemu berbagai suku bangsa,agama,kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.
5.      Sistem pelapisan social di kota jauh lebih kompleks daripada di desa.
6.      Mobilitas (kemampuan bergerak) social di kota jauh lebih besar daripada di desa.
7.      Bila terjadi pertentangan,di usahakan untuk dirukunkan,karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan.
8.      Jumlah angkatan kerja yang tidak mempunyai pekerjaan tetap di pedesaan jauh lebih besar daripada di perkotaan.

2.3 Hubungan Desa dan Kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras, sayur-mayur , daging dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia. Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang  juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan transportasi.
Hal inilah yang membuat kawasan perkotaan menjadi tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara, seperti:
1.       Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
2.      Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
3.      Penetrasi kota ke desamasuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
4.      ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota.
Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.






BAB III
KESIMPULAN

            Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini disebut :
1.      Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, sedangkan Kota adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukuranya,kepadatan penduduk, kepentingan atau status hukum.

2.       Perbedaan antara kota dan desa yaitu Kota memiliki penduduk yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan desa, lingungan di desa masih dekat dengan alam dengan udara yang bersih sedangkan di kota lingkungan yang padat dengan pemukiman serta polusi udara yang tinggi,











DAFTAR PUSTAKA
Arif R, Y.C.N. Sutarini dan Murtamadji. 2004. Sosiologi. Klaten: PT Macanan Jaya  Cemerlang

Ismawati, Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Ombak

Soelaeman, M.Munandar. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT.Refika Aditama





PENGENALAN GEJALA PENYAKIT dan PEMERIKSAAN TANDA PENYAKIT II





(Laporan Ilmu Penyakit Tanaman Umum)



Oleh :
Freddy Gurning
1114121091

\

images






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012






I.       PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Umumnya tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit. seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu gejala, tetapi juga menimbulkan sindroma. selain itu beberapa penyakit berbeda menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti. maka, selain memperhatikan gejala kita harus memeperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain raksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya.

Serangan hama dan penyakit jika tidak dikelola dengan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain dari itu, serangan hama dan penyakit berdampak pada prokduktifitas dan kualitas standing stock yang ada. Diantaranya adalah menurunkan rata-rata pertumbuhan, menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang besar akan hasil panen.

1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah:
1.      Mengetahui dan memahami perbedaan antara gejala dan tanda penyakit
2.      Mengetahui berapa macam gejala penyakit tanaman dan tanda penyakitnya.



II.    METEOLOGI PERCOBAAN

2.1  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Buah appel yang telah ada jamurnya, papaya yang ada jamurnya, dan cabai merah yang ada jamurnya
2.2  Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan dalam praktikum ini adalah:
Disediakan alat, bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu papaya, appel, cabai, dan juga mikroskop. Lalu di ambil jamur yang ada di buah appel, papaya dan cabe tersebut di tempelkan pada preparat dan di amati di mikroskop, setelah jamur ketemu di gambar dan foto.






III.             HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Hasil Pengamatan
Gambar Tangan
Gambar Dari Foto
1.      Collectotricum gloesporides

2.      Collectotricum capsici

3.      Collectotricum acutatum

3.2  Pembahasan

Colletotrichum gloeosporioides dikenal menginfeksi berbagai host. Namun, ringkasan ini khusus menangani yang mempengaruhi pada pepaya. Informasi tentang kisaran inang dari jamur ini dapat ditemukan dalam ringkasan Lain organisme ini. Penyakit ini secara teratur muncul di lapangan pada buah matang. Colletotrichum gloeosporioides Penz. parasit fakultatif milik Melanconiales pesanan. Jamur memproduksi hialin, bersel satu, ovoid untuk lonjong, sedikit melengkung atau dumbbell konidia berbentuk, 10-15 pM panjang dan lebar 5-7 m. Massa konidia tampak merah muda atau salmon berwarna. The acervuli lilin, yang dihasilkan di jaringan yang terinfeksi, yang subepidermal, biasanya dengan setae, dan sederhana, singkat, konidiofor tegak.
Patogen awalnya menginfeksi utuh, non-terluka buah hijau yang belum matang di lapangan. Spora berkecambah dan membentuk appressoria pada permukaan buah. Jamur, menggunakan appressorium nya, enzimatik menembus kutikula dan kemudian tetap sebagai sub-kutikula hifa sampai klimakterik pasca tahap pertumbuhan buah dicapai. Pada titik ini, untuk alasan yang tidak dipahami, jamur resume pertumbuhan dan menyebabkan gejala-gejala yang khas. Dengan demikian, pepaya antraknosa memiliki tahap laten dalam perkembangannya yang mirip dengan banyak penyakit antraknosa lain buah-buahan tropis (Burger. 2005).
Colletotrichum acutatum merupakan patogen utama tanaman buah, menyebabkan
ekonomis
penting kerugian sedang, subtropis dan buah-buahan tropis di seluruh dunia, Siklus hidup C. acutatum terdiri seksual dan tahap aseksual dan masih banyak yang harus diselesaikan mengenai genetika seksualitas dan efek dari tahap seksual pada populasi struktur.
Colletotrichum acutatum pameran infeksi baik strategi yang dijelaskan untuk spesies Colletotrichum, yaitu intraseluler hemibiotrophy dan subkutikular-intramural necrotrophy, dan mungkin juga menjalani periode ketenangan dalam rangka mengatasi resistensi mekanisme buah yang belum matang seperti preformed senyawa beracun dan phytoalexins, atau karena ketidaksesuaian tersebut buah mentah untuk memenuhi kebutuhan gizi dan energi pathogen, C. Acutatum berkecambah membentuk appressoria pada permukaan tanaman, dari mana hifa penetrasi berkembang menjadi sel tanaman. Infeksi dapat terjadi melalui hampir semua permukaan tanaman, tetapi untuk spesies herba sangat rentan seperti strawberry dan anemon, mahkota dengan iklim mikro yang relatif lembab sering disukai. Dalam kondisi yang sesuai, jamur dapat tumbuh dengan cepat di dalam pabrik dan menyebabkan gejala berat sangat cepat, tetapi dalam keadaan lain jamur mungkin diam di dalam jaringan host untuk periode, dalam beberapa kasus hanya menjadi jelas setelah panen. Setelah jamur telah berkembang cukup di dalam pabrik, gelap buah-tubuh diproduksi, menyebabkan gejala antraknosa yang khas. Konidia terbentuk secara bebas, dan biasanya tersebar oleh Watersplash (Yang et al., 2007).
Colletotrichum capsici adalah patogen tanaman yang menyebabkan hawar daun pada Chlorophytum borivilianum, kemangi, buncis dan merica serta dieback di kacang gude dan antraknosa di poinsettia.
Penyakit antraknose yang disebabkan oleh jamur C. capsici merupakan penyakit penting yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas buah cabai merah di tempat penyimpanan, terutama pada saat kelembapan tinggi. Apabila tidak dilakukan pengendalian penyakit ini maka buah cabai merah akan mengalami kerusakan yang sangat berat. Oleh karenanya, perlu dilakukan upaya preventif agar kerusakan buah cabai merah oleh penyakit ini dapat dikurangi seminimal mungkin. Upaya preventif yang elative murah dan ramah lingkungan diantaranya dengan pencucian dan perendaman dalam ekstrak beberapa tumbuhan.
Antraknosa adalah penyakit ekonomi penting dari kultivar anggur meja (Vitis vinifera) di daerah tropis dan sub-tropis yang hangat dan basah dari India. Meskipun antraknos di seluruh dunia dilaporkan disebabkan oleh Elsinoe ampelina (de Bary) Shear (anamorph Sphaceloma ampelinum de Bary) (Mirica, 1998), di India Colletotrichum gloeosporioides dan C. Acutatum juga telah dilaporkan sebagai patogen kausal (Chowdappa et al, 2009)
IV.             KESIMPULAN

Kesimpulan yang diambil dari laporan ini adalah:
1.      Colletotrichum gloeosporioides  secara teratur muncul di lapangan pada buah matang.
2.      Colletotrichum acutatum merupakan patogen utama tanaman buah, menyebabkan ekonomis penting kerugian sedang, subtropis dan buah-buahan tropis di seluruh dunia.
3.      Colletotrichum capsici adalah patogen tanaman yang menyebabkan hawar daun pada Chlorophytum borivilianum, kemangi, buncis dan merica serta dieback di kacang gude dan antraknosa di poinsettia.



DAFTAR PUSTAKA

Burger, O. F. 2005. Variasi Colletotrichum gloeosporioides. J. Agric
Chowdappa et al, 2009 . Infeksi tanaman cabai  yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici . Tanaman
Yang et al., 2007 . Epidemiologi dan pengendalian penyakit buah pepaya. Jakarta